Article Detail

Stop 7 kesalahan: agar anak terampil dan mandiri

  1. Memaksa anak menghentikan aktivitasnya

Anak prasekolah belum paham konsep waktu. Sayang, umumnya orang tua malah menyuruh anak untuk menghentikan aktivitasnya. Hal ni akan membuat anak jadi tak punya otoritas terhadap diri sendiri. Berilah kesempatan bagi anak untuk mengatur jadwalnya dan beri pengertian tentang pentingnya menepati jadwal tersebut.

2. Menyuapi makan

Acara makan sering menjadi ajang bertengkar karena orang tua memaksa anak utuk makan. Akibatnya, anak akan mengasosiasikan acara makan sebagai hal yang tak menyenangkan dan makanya malah makin susah. Sebaiknya, terangkan pada anak bahwa makan itu penting. Tak usah memaksa, taruh saja piring makanan di sebelahnya dan minta ia makan bila sudah selesai beraktivitas. Atau, sediakan saja cemilan sehat yang mengandung gizi cukup. Setelah mereka bilang lapar, baru sediakan nasi beserta lauk pauk lengkap.

3. Tidak menanggapi ajak berkomunikasi

Sering karena kesibukannya, orang tua “mengusir” anak yang ingin mengobrol. Bila hal ini terus terjadi maka rasa ingin tahu anak akan terkikis. Anak jadi malas bertanya, bahkan apatis. Pada tiap kesempatan, dia tetap saja malas buka mulut karena tumbuh perasaan, ia menggangu orang tua. Di lain pihak, orang tua maunya anak selalu ingin tahu. Sebaiknya buatlah kesepakatan dengan anak. Misalnya, “Lima menit lagi, ya?” Konsekuenlah dengan waktu yang telah disepakati. Sehingga, anak terlatih kesabarannya tanpa kehilangan kesempatan berkomunikasi dengan orang tua.

4. Melarang tanpa menjelaskan

Sering terjadi, orang tua melarang sesuatu tanpa memberitahu alasan dan menerangkan fungsinya dengan benar. Contoh, anak memotong kertas dangan gunting kain. Serta merta orang tua merebut gunting. “Ini bukan gunting mainan!” Terangkan sesuatu dengan menunjukkan fungsi sebenarnya dan memperagakannya. Ingat, di usia prasekolah, rasa ingin tahu anak sangat besar dan cenderung senang pada sesuatu yang jarang diekspos dan semakin tergoda untuk mencoba sesuatu.

5.Menunggui anak di sekolah

Biasanya para ibu berdalih anaknya belum siap ditinggal. Padahal bila anak tahu bahwa ibunya “tak rela” meninggalkannya, ia akan merasa cemas dan menjadi rewel. Rasa percaya diri anak juga menjadi tidak berkembang. Padahal di usia prasekolah, penting bagi anak untuk punya kemampuan mengatur dirinya sendiri. Hentikan saja kegiatan menunggui anak Anda di sekolah. Lakukan secara bertahap. Misalnya, hanya lima menit pertama saja ia ditunggui, setelah itu ditinggalkan.

6. Memberi banyak mainan tapi tidak pernah menemani bermain

Sering orang tua berdalih, “Toh, anak sudah diberikan mainan yang bersifat edukatif.” Padahal, tanpa pendampingan orang tua, anak tak mampu mengerti fungsi mainan tersebut. Apa pun jenis mainannya yang diberikan kepada anak, tak jadi soal. Yang penting anak didampingi agar orang tua bisa menyapaikan pesan-pesan kepada anak melalui mainan tersebut. Terlebih di usia prasekolah dimana penanaman nilai-nilai sosial banyak diperkenalkan, mainan bisa menjadi media yang efektif.

7. Anak tak dibiasakan memilih

Di usia 4 tahun, anak mulai punya dorongan untuk melakukan apa-apa sendiri. Tetapi karena masih belajar, tentu butuh bimbingan orang tua. Yang paling baik, anak diberikan pilihan-pilihan, lalu ajarkan ia untuk bertanggungjawab pada pilihannya. Namun kerap terjadi, orang tua bertindak sebaliknya. Anak jadi tidak bisa menentukan pilihan dan selalu mengekor kepada pilihan dan keputusan orang lain. Contoh, memilih baju yang akan dipakainya. Bila orang tua khawatir pilihan anak tidak cocok, maka orang tua bisa memberikan beberapa alternatif pilihan, “Kakak mau pakai kaos merah atau blus kembang-kembang kuning ini?”. Kelak anak terlatih untuk mandiri dan anak merasa dihargai karena boleh memilih dan dipercaya menjalankan pilihannya.

Sumber: Mombi Halaman 21

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment